Cerita sex - Bagi ente yaang masuk sini dan belum cukup umur,  disarankan untuk menunda membaca cerita ini. Hal ini dimaksudkan untuk  menghindari perbuatan yang gak2 dari mereka yang cepat ngeres kalo baca 
cerita dewasa seperti ini.
Membaca 
cerita panas untuk dewasa memang memiliki sensasi tersendiri, dimana cerita ini bisa  membuat sensasi tersendiri dan menyebabkan bulu kuduk anda merinding.  Terlebih bila yang membaca cerita dengan meresapi, pasti bakalan betah  seharian membacanya,.. hehehehe...
Nah, langsung aja nich saya kasih 
cerita sex dewasa yang paling muanteb, dan buat kamu yang udah gak sabaran  silahkan disimak aja....  - See more at:  http://markassexbebas.blogspot.com/2013/10/rika-cewek-pemuas-napsu.html#sthash.SRZpqN8P.dpuf
 
Membaca 
cerita panas untuk dewasa memang memiliki sensasi tersendiri, dimana cerita ini bisa  membuat sensasi tersendiri dan menyebabkan bulu kuduk anda merinding.  Terlebih bila yang membaca cerita dengan meresapi, pasti bakalan betah  seharian membacanya,.. hehehehe... - See more at:  http://markassexbebas.blogspot.com/2013/10/rika-cewek-pemuas-napsu.html#sthash.SRZpqN8P.dpuf
 

 
Membaca 
cerita panas untuk dewasa memang memiliki sensasi tersendiri, dimana cerita ini bisa  membuat sensasi tersendiri dan menyebabkan bulu kuduk anda merinding.  Terlebih bila yang membaca cerita dengan meresapi, pasti bakalan betah  seharian membacanya,.. hehehehe... - See more at:  http://markassexbebas.blogspot.com/2013/10/rika-cewek-pemuas-napsu.html#sthash.SRZpqN8P.dpuf
Membaca 
cerita panas untuk dewasa memang memiliki sensasi tersendiri, dimana cerita ini bisa  membuat sensasi tersendiri dan menyebabkan bulu kuduk anda merinding.  Terlebih bila yang membaca cerita dengan meresapi, pasti bakalan betah  seharian membacanya,.. hehehehe... - See more at:  http://markassexbebas.blogspot.com/2013/10/rika-cewek-pemuas-napsu.html#sthash.SRZpqN8P.dpuf
 
Cerita dewasa - Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri  di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah  bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di  amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm karena hobiku  juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler.  Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga “ngobyek” dengan yang lain.  Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau  anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan  sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang  mencoba menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau  bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku  banyak yang aku perdaya tapi…ada satu orang yang membuatku sangat  penasaran. Namanya Novi, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari  perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi  residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab  lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya  ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi semampai sekitar  165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai  seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir  kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus  benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan.  Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan  wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika  aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba  perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin  menambah kesan manis darinya.
Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk  untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja.  Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak. “baik Dok…eh…kak”.  “tapi terima kasih tawarannya
aku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu”  setengah berharap dia mau menerima. “terima kasih Dok..eh kak, nanti  merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap  menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku  dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil  mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin  lain kali”
kataku
“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah  kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu” aku masih  berusaha mencari celah.
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit”
sambil berlalu
AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi  lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku  menggeleng.
Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku  perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun  awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka  aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah  hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan  selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga  dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap  aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya,  selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku  ada yang memeluk dan terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya
Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah  bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang  bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke  ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia  melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun  tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku  tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak  sampai melakukan senggama.
“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya
“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu
Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk  mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan  untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan  semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha  menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja  pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal  lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat  selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin “Terima kasih ya  kak…jarang ada kesempatan begitu…”. “Kamu mau aku bikin begitu…”  sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. “yee…ga lah,  makanya cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku  kaget…kok dia tau ya…
Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun  rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat  Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak  terkena hujan. “kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia. “Mau pulang?  bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari  kesempatan. “Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok”  katanya. hujanpun makin deras
“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”
mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam  hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku,  aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin  deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku  tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.
Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.
“Novi tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi
“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau  tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya  paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak  sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih,  kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku  pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan  untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama  menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”
dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”
Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”
“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau  selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti  langkahku di ruang persalinan
“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang  poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen  sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka  selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.
Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Nov?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“ah nggak kok” Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa  menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja,  maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”
Membaca 
cerita panas untuk dewasa memang memiliki sensasi tersendiri, dimana cerita ini bisa  membuat sensasi tersendiri dan menyebabkan bulu kuduk anda merinding.  Terlebih bila yang membaca cerita dengan meresapi, pasti bakalan betah  seharian membacanya,.. hehehehe... - See more at:  http://markassexbebas.blogspot.com/2013/10/rika-cewek-pemuas-napsu.html#sthash.SRZpqN8P.dpuf
 
Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku,  aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi  clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan  buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di  ketuk, “Silahkan masuk”.
“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan  kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok  putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau  dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok  aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang  pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian  pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya  hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami  lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan  dengan aman.
“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu”  Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus  memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan  kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh  tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya,  kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik,  “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku,  aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama  kali berdua dengan dia.
Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya.  Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik  rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2  dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul  dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru  dan rok panjang biru donker.
“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu”
kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang  bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga  menimpali.
Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh  kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya  pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada  seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali  wajahnya tidak bersahabat.
“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan  tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.
Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu  menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu  dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu  kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya,  tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan  dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun  semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru  donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian  tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan  bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan  sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu  mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.
Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih  sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan  membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu  menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya  berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang  membuat penisku tagang.
Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa  alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku,  meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami  rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. “Akhirnya selesai  juga ya Nov, capek juga ya
” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang  sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya  kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”
aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”
Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba  melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya.  Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. “oh  god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil lihat  kamu” aku memancing. Novi hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun  mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku.  Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak  keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan  kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya  yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah.  Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan  dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku  meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu.  sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya  bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali  melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya  dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik  sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku  pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut  bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya  bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan  memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku  pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol  menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah  telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya  mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan  gairahnya. “mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.  Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya,  sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang  lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku  menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra.  “Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut  payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil  tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada  kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka  satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang  tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam  kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku  bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku  menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali  memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.  “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau  mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah  dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar  meresapi rangsangan yang aku buat.
AKu tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan  aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang  menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.  “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik  sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan  ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari  keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher  jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku  segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya  “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau.  Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar  semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap  punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan  jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku  tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke  dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait  bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang  selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat  keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi,  sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar  saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di  dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya,  sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat  sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar  akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi.  “aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…kak…..aduuhh…..mhh….. ” Novi tidak kuat  menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri,  tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini  tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah,  menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik  roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut,  setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku  menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut.  tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah  mendarat di payudara kirinya. “ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh…”, nafas  Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga  di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.
Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang  terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya  tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian  kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih  jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang.  Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke  dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku  maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di  sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya,  birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur  busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua  tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua  kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan  kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku tau  dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba  menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan  penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba  melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak  berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna  pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya  pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi  membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian  sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat  yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.  “kaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke  atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas  lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya,  aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah  seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat  cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku  jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan  itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan  benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil,  aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit  demi sedikit masuk ke vaginanya.  “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh…akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…”  kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya  semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut.  ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar  dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang  vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika  lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha  meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba  masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan  menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi.  “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang  meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi  mengeksplorasi vaginanya.
sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan  kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya  tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku,  keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu  bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah  kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya,  menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya  menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian  ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti  sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya  masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana  dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm  mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri  dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti  saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran  ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang  masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku  dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel  pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. “Kulum  sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirny
a sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang  dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh  ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap  dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku,  sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku  dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa.  “mhhh…aauuuummm…uummhh”
akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk  semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.  “shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti perintahku dia  memaju mundurkan kepalanya.  “aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmmhh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan  aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti, “Kak…Novi ngga tahan…”  diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku  tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya,  akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Novi  tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat  dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang  tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus  edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi  menampik tanganku “ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak  seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya “Kamu yakin Nov?” Novi  mengangguk.
Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya  Vi…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan  digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi  merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus  berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah  sangat basah itu.
Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan  Novi. “Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya.  Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju  mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya  mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir  bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali,  pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit.  Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam.  Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga  pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan  diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan  halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai  badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram  dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula  perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan  kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi  berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak  dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya,  giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di  atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk  membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha  bernafas dan …:” “kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku  tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan  tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali  aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina  Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong  masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu.  Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan  seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk  ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan  kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur,  Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia  aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih  sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya,  branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan  saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku  pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag  menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha  menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa.  Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan  memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus  menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari  mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu  itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan  payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan  klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang  serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan  bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan,  menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan  dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan  keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot  berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua  tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku  tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia  merasakan indahnya orgasme.
Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan  suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang  masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan  suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras  oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha  penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi  kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan  panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik  dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua  paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat  mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi  yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup  di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya  menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini  lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini  menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah.  Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku  menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang  keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir  kemaluan Novi dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit  dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak  kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya  lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke  atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan  lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki  Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan  dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang  yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku  tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus  menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi  yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan  cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit  dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu.  “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh…mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh,  tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong  desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga  kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang  sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas  seprei dan merebahkan kepanaya di kasur.  “shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…kak….” semakin kencang teriakannya semakin  menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun  mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Novi  meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan kepalanya ke  atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk  kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan  bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan  lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya  kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas  sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat  tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.
Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme  untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk  di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil  mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan  Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga  kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan  tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku,  sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke  dalam kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya  rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi  tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan  kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat  bibir Novi yang agak basah terbuka itu.
Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya,  memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku  seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena  stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan  Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya  dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar  terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang  vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari  mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama  dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga  sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih  cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya  ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan  mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya,  kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan  pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka  sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi  tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya  yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan  ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, “Aaduuuh…,  eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak  rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur  tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan  pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur  ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik  mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang  vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke  dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda  liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar.  Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang  terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku.  Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya  erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan  memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang  merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam  penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram  panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan  habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah  pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam  liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”,  sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan  denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya  ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di  atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat  dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang  bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu  semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke  seluruh rongga vaginanya.
Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan  bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu  faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini,  tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu  duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati  pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia.
“Kakak mau tanggung jawab kan?”
“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau suaranya terdengar
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi  aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan  semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua  kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau  menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
“i..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu”  sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit  senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar  pagi tak segera hadir.